UNDANG-UNDANG LIMA PASAL RIAU..... Sambungan dari Bahagian 2....
Pasal dua.
Pada menyatakan adat istiadat Raja Raja Melayu yang menyalahi setengah daripada adat Raja Raja yang di atas angin.
Bermula adalah adat istiadat Raja di negeri Melayu yang menyalahi Raja
Raja diatas angin itu yaitu pada empat tempat. Pertama tama pada sumpah
setianya, kedua pada aturan Menteri nya, ketiga pada bahasa yang
dibahasakan kepada Yang DiPertuan Besar, keempat pada menzahirkan
gelarnya.
Bermula surah yang pertama yakni pada pekerjaan sumpah
setianya. Maka yaitu adalah pada tiap tiap Raja Melayu itu memperbuat
perjanjian sumpah setia atas Kerajaan atau Undang Undang yang
diperpegang maka yaitu turun temurun hingga sampai kepada anak cucunya,
barangsiapa yang mungkar anak cucu cicitnya tiadalah selamat duania
akhirat, masing menaruh cap tanda tangan. Maka tatkala lagi mengantikan
naik Kerajaan daripada anak cucunya maka diperbaharui lah sumpah setia
itu. Demikianlah istilahnya adanya.
Bermula surah yang kedua
yakni pada aturan Menteri nya, maka yaitu bersalahan dengan setengah
daripada Raja Raja yang atas angin yaitu adalah ia tiap tiap
menggantikan Menterinya tiada dengan naik derajat sedikit sedikit
bertangga tangga seperti kebanyakan aturan Menteri Raja Raja yang diatas
angin itu daripada pangkat di bawah naik bertangga tangga sedikit
sedikit kemudian baharu jadi besar sekali. Maka adat Raja Melayu tidak
begitu. Maka adalah aturan Raja Melayu: Temenggung dan Bendahara apalagi
Raja Muda maka yaitu apabila ada asalnya maka dijadikanlah atas yang
patut pada isi negeri maka digelar orang yang tiga ini kain kafan buruk
tiada berganti lagi artinya tiada boleh di pecat pecat dan dimakzulkan
sekali kali melainkan jikalau gila atau keluar daripada agama Islam
yaitu boleh diganti dengan muafakat segala isi negeri dan jikalau ia
zalim maka yaitu atas segala bicara isi negeri pada menolakkan zalimnya
itu dan dimakzulkan tiada juga boleh.
Bermula surah yang ketiga,
hendak menjadikan pangkatnya itu hendaklah dengan asalnya dan tiada
boleh yang bukan asalnya daripada Menteri Menteri yang kecil kecil
hendak menjadi orang bertiga itu jikalau sebagaimana sekali besar
jasanya tiadalah ia boleh menjadi yang berempat itu yaitu Yang DiPertuan
Besar dan Yang DiPertuan Muda dan Bendahara dan Temenggung. Dan tiada
pula boleh bernikah kahwin yang lain daripada keturunan Raja yang
berempat itu, maka adalah keempat Raja itu boleh berkahwin setengah atas
setengahnya kerabat atau anak cucunya maka tiadalah boleh seperti anak
anak Menteri yang lain yang dibawah Raja yang berempat itu mengahwani
anak Raja yang berempat itu inilah adat istiadatnya.
Bermula
surah yang keempat yakni pada pekerjaan menzahirkan gelarnya dan
lantiknya. Bermula adalah menzahirkan gelaran maka yaitu tiada tentu
daripada Yang DiPertuan Besar semata mata, akan tetapi boleh daripada
setengah daripada Raja Raja yang berempat itu menzahirkan gelarannya dan
lantiknya setengah akan setengahnya adalah muhas al syahidnya.
Apabila salah seorang daripada Raja yang berempat itu yang patut
menerima pesakanya maka diangkatnyalah setengah daripada setengahnya.
Adapun seperti Marhum Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah itulah pertama
tama Raja Melayu mula mula diangkat oleh Yang DiPertuan Muda asalnya
Raja Bugis. Demikian lagi Sultan Mahmud diangkat digelar oleh Yang
DiPertuan Muda Marhum Janggut di Riau. Dan lagi Marhum Sultan Abdul
Rahman digelar diangkat dijadikan Raja oleh Yang DiPertuan Muda Raja
Jaafar maka dilantik sekali lagi di Riau oleh Yang DiPertuan Muda Raja
Jaafar serta dengan seorang wakil dari Gubernur Jenderal Betawi yang
bernama Schoutbijnacht yaitu Raja Laut. Demikian lagi puteranya Sultan
Muhammad dinaikkan Raja oleh segala orang orang serta anak Raja Raja
sekelian adanya. Demikian lagi Yang DiPertuan Besar Sultan Mahmud
Muzaffar Syah ini dilantik oleh ayahandanya serta dengan Yang DiPertuan
Muda Raja Abdul Rahman serta dengan Bendahara Tun Ali. Inilah hal Yang
DiPertuan Besar.
Adapun Yang DiPertuan Muda pertama tama Yang
DiPertuan Muda Daeng Merewah yaitu Kelana Jaya Putera maka dilantik oleh
Marhum Sulaiman didalam Riau. Demikian lagi Marhum Mangkat Di Kota
dilantik diRiau juga. Adapun Marhum Janggut dilantik digelar di
Selangor. Dan Marhum Yang DiPertuan Muda Raja Haji yaitu yang mangkat di
Teluk Ketapang yang bergelar Pengeran Suta Wijaya maka dilantik dan
dizahirkan namanya di negeri Pahang tatkala ia balik dari perang
mengalahkan negeri Sanggau dan Mempawah. Dan Marhum Yang DiPertuan Muda
Raja Ali dilantik digelar dengan mufakat segala anak Raja Raja dan orang
banyak. Dan Yang DiPertuan Muda Raja Jaafar disuruh ambil oleh Sultan
Mahmud dari Selangor ke Lingga dipulangkan pesakanya yaitu diserahkan
Riau dan Lingga dengan segala daerah takluknya menjadi Yang DiPertuan
Muda seperti adat istiadatnya yang telah lalu. Kemudian Marhum Yang
DiPertuan Muda Raja Abdul Rahman dijadikan Yang DiPertuan Muda digelar
di Lingga maka pada masa Marhum inilah menetapkan sumpah setia yang lama
dengan Sultan Mahmud Muzaffar Syah didalam negeri Lingga bersumpah
setia dengan Al Quran Al Azim. Adalah sumpah setia dan perjanjian itu
didalam Tawarikh Al Wusta yang ada didalam tangan Yang DiPertuan Muda
Raja Ali yaitu saudara Marhum Abdul Rahman.
Maka Yang DiPertuan
Muda Raja Ali diangkat dilantik di Lingga dijadikan Raja didalam Riau
serta dengan daerah takluknya dengan pemilihan Gubernur Jenderal serta
Sultan Mahmud Muzaffar Syah serta dengan ba’it segala anak Raja masing
masing tiap tiap seorang menaruh tandatangan yang menyukakan Raja Ali
jadi Yang DiPertuan Muda Riau. Maka dipulangkan pesakanya memerintahkan
Lingga dan Riau serta daerah takluknya sekalian.
Maka inilah hah ehwal aturan antara Yang DiPertuan Besar dengan Yang DiPertuan Muda adanya.
(Bersambung ke Bahagian 4)...
Pilih bahasa yang di inginkan:- BAHASA MELAYU
Saturday, October 3, 2020
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment