Pilih bahasa yang di inginkan:- BAHASA MELAYU

Saturday, October 3, 2020

Undang Undang Lima Pasal Riau (Bahagian 3)

UNDANG-UNDANG LIMA PASAL RIAU..... Sambungan dari Bahagian 2....

Pasal dua.
Pada menyatakan adat istiadat Raja Raja Melayu yang menyalahi setengah daripada adat Raja Raja yang di atas angin.

Bermula adalah adat istiadat Raja di negeri Melayu yang menyalahi Raja Raja diatas angin itu yaitu pada empat tempat. Pertama tama pada sumpah setianya, kedua pada aturan Menteri nya, ketiga pada bahasa yang dibahasakan kepada Yang DiPertuan Besar, keempat pada menzahirkan gelarnya.

Bermula surah yang pertama yakni pada pekerjaan sumpah setianya. Maka yaitu adalah pada tiap tiap Raja Melayu itu memperbuat perjanjian sumpah setia atas Kerajaan atau Undang Undang yang diperpegang maka yaitu turun temurun hingga sampai kepada anak cucunya, barangsiapa yang mungkar anak cucu cicitnya tiadalah selamat duania akhirat, masing menaruh cap tanda tangan. Maka tatkala lagi mengantikan naik Kerajaan daripada anak cucunya maka diperbaharui lah sumpah setia itu. Demikianlah istilahnya adanya.
Bermula surah yang kedua yakni pada aturan Menteri nya, maka yaitu bersalahan dengan setengah daripada Raja Raja yang atas angin yaitu adalah ia tiap tiap menggantikan Menterinya tiada dengan naik derajat sedikit sedikit bertangga tangga seperti kebanyakan aturan Menteri Raja Raja yang diatas angin itu daripada pangkat di bawah naik bertangga tangga sedikit sedikit kemudian baharu jadi besar sekali. Maka adat Raja Melayu tidak begitu. Maka adalah aturan Raja Melayu: Temenggung dan Bendahara apalagi Raja Muda maka yaitu apabila ada asalnya maka dijadikanlah atas yang patut pada isi negeri maka digelar orang yang tiga ini kain kafan buruk tiada berganti lagi artinya tiada boleh di pecat pecat dan dimakzulkan sekali kali melainkan jikalau gila atau keluar daripada agama Islam yaitu boleh diganti dengan muafakat segala isi negeri dan jikalau ia zalim maka yaitu atas segala bicara isi negeri pada menolakkan zalimnya itu dan dimakzulkan tiada juga boleh.

Bermula surah yang ketiga, hendak menjadikan pangkatnya itu hendaklah dengan asalnya dan tiada boleh yang bukan asalnya daripada Menteri Menteri yang kecil kecil hendak menjadi orang bertiga itu jikalau sebagaimana sekali besar jasanya tiadalah ia boleh menjadi yang berempat itu yaitu Yang DiPertuan Besar dan Yang DiPertuan Muda dan Bendahara dan Temenggung. Dan tiada pula boleh bernikah kahwin yang lain daripada keturunan Raja yang berempat itu, maka adalah keempat Raja itu boleh berkahwin setengah atas setengahnya kerabat atau anak cucunya maka tiadalah boleh seperti anak anak Menteri yang lain yang dibawah Raja yang berempat itu mengahwani anak Raja yang berempat itu inilah adat istiadatnya.

Bermula surah yang keempat yakni pada pekerjaan menzahirkan gelarnya dan lantiknya. Bermula adalah menzahirkan gelaran maka yaitu tiada tentu daripada Yang DiPertuan Besar semata mata, akan tetapi boleh daripada setengah daripada Raja Raja yang berempat itu menzahirkan gelarannya dan lantiknya setengah akan setengahnya adalah muhas al syahidnya.

Apabila salah seorang daripada Raja yang berempat itu yang patut menerima pesakanya maka diangkatnyalah setengah daripada setengahnya. Adapun seperti Marhum Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah itulah pertama tama Raja Melayu mula mula diangkat oleh Yang DiPertuan Muda asalnya Raja Bugis. Demikian lagi Sultan Mahmud diangkat digelar oleh Yang DiPertuan Muda Marhum Janggut di Riau. Dan lagi Marhum Sultan Abdul Rahman digelar diangkat dijadikan Raja oleh Yang DiPertuan Muda Raja Jaafar maka dilantik sekali lagi di Riau oleh Yang DiPertuan Muda Raja Jaafar serta dengan seorang wakil dari Gubernur Jenderal Betawi yang bernama Schoutbijnacht yaitu Raja Laut. Demikian lagi puteranya Sultan Muhammad dinaikkan Raja oleh segala orang orang serta anak Raja Raja sekelian adanya. Demikian lagi Yang DiPertuan Besar Sultan Mahmud Muzaffar Syah ini dilantik oleh ayahandanya serta dengan Yang DiPertuan Muda Raja Abdul Rahman serta dengan Bendahara Tun Ali. Inilah hal Yang DiPertuan Besar.

Adapun Yang DiPertuan Muda pertama tama Yang DiPertuan Muda Daeng Merewah yaitu Kelana Jaya Putera maka dilantik oleh Marhum Sulaiman didalam Riau. Demikian lagi Marhum Mangkat Di Kota dilantik diRiau juga. Adapun Marhum Janggut dilantik digelar di Selangor. Dan Marhum Yang DiPertuan Muda Raja Haji yaitu yang mangkat di Teluk Ketapang yang bergelar Pengeran Suta Wijaya maka dilantik dan dizahirkan namanya di negeri Pahang tatkala ia balik dari perang mengalahkan negeri Sanggau dan Mempawah. Dan Marhum Yang DiPertuan Muda Raja Ali dilantik digelar dengan mufakat segala anak Raja Raja dan orang banyak. Dan Yang DiPertuan Muda Raja Jaafar disuruh ambil oleh Sultan Mahmud dari Selangor ke Lingga dipulangkan pesakanya yaitu diserahkan Riau dan Lingga dengan segala daerah takluknya menjadi Yang DiPertuan Muda seperti adat istiadatnya yang telah lalu. Kemudian Marhum Yang DiPertuan Muda Raja Abdul Rahman dijadikan Yang DiPertuan Muda digelar di Lingga maka pada masa Marhum inilah menetapkan sumpah setia yang lama dengan Sultan Mahmud Muzaffar Syah didalam negeri Lingga bersumpah setia dengan Al Quran Al Azim. Adalah sumpah setia dan perjanjian itu didalam Tawarikh Al Wusta yang ada didalam tangan Yang DiPertuan Muda Raja Ali yaitu saudara Marhum Abdul Rahman.
Maka Yang DiPertuan Muda Raja Ali diangkat dilantik di Lingga dijadikan Raja didalam Riau serta dengan daerah takluknya dengan pemilihan Gubernur Jenderal serta Sultan Mahmud Muzaffar Syah serta dengan ba’it segala anak Raja masing masing tiap tiap seorang menaruh tandatangan yang menyukakan Raja Ali jadi Yang DiPertuan Muda Riau. Maka dipulangkan pesakanya memerintahkan Lingga dan Riau serta daerah takluknya sekalian.

Maka inilah hah ehwal aturan antara Yang DiPertuan Besar dengan Yang DiPertuan Muda adanya.

(Bersambung ke Bahagian 4)...

No comments:

Post a Comment